Edukasi

Sulawesi Tenggara Dalam Artikel 2024

Sulawesi Tenggara Disingkat SULTRA, adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tenggara Pulau Sulawesi, salah satu pulau terbesar di Indonesia . ibukota provinsi sulawesi tenggara adalah Kendari. Beberapa informasi umum mengenai Sulawesi Tenggara meliputi aspek geografi, budaya, makanan Khas Sulawesi tenggara, dan kekayaan alam. Sebelum Lanjut kepembahasan yang lebih jauh,Berikut beberapa poin penting yang perlu kita ketahui tentang Sulawesi Tenggara:

Yang Pertama, Sebelum Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai Daerah Otonom berdasarkan Perpu No. 2 tahun 1964 Juncto UU No.13 Tahun 1964, Sulawesi Tenggara Adalah kabupaten Di dalam wilayah Administratif Prorovinsi Sulawesi Selatan dan tenggara yang di singkat SULSELTRA. Adapun Ibu Kota Kabupatennya Di masa itu Berpusat di Bau-Bau ( Buton).

Secara Geografis, Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, dengan koordinat geografis antara 02°45′ – 06°15′ Lintang Selatan dan 120°45′ – 124°30′ Bujur Timur.

Luas daratan Sulawesi Tenggara mencapai 38.140 km² (3.814.000 ha), sementara wilayah perairan (laut) mencapai 110.000 km² (11.000.000 ha).

Daftar Kabupaten Dan Kota Di Sulawesi tenggara

Wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Tenggara mencakup sejumlah kabupaten dan kota yang membentang dari wilayah barat hingga timur. Dalam konteks ini, setiap kabupaten dan kota memiliki keinginan masing-masing sebagai entitas administratif yang mengelola urusan pemerintahan dan pembangunan di tingkat lokal.

Berikut adalah daftar Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara

TIDAK. Kabupaten/Kota Ibu Kota
1 Kabupaten Bombana Rumbia
2 Kabupaten Buton Pasarwajo
3 Kabupaten Buton Selatan Batauga
4 Kabupaten Buton Tengah Labungkari
5 Kabupaten Buton Utara Buranga
6 Kabupaten Kolaka Kota Kolaka
7 Kabupaten Kolaka Timur Tirawuta
8 Kabupaten Kolaka Utara Lasusua
9 Kabupaten Konawe Kota Unaaha
10 Kabupaten Konawe Kepulauan Langara
11 Kabupaten Konawe Selatan Andolo
12 Kabupaten Konawe Utara Wanggudu
13 Kabupaten Muna Kota Raha
14 Kabupaten Muna Barat Sawerigadi
15 Kabupaten Wakatobi Wangi-Wangi
16 Kota Baubau
17 Kota Kendari

Kendari: Ibu Kota Provinsi  Sulawesi Tenggara

Kendari sebagai ibu kota sulawesi tenggara tentu bukanlah nama yang asing lagi bagi warga Sulawesi di seluruh jazirah sulawesi. Seiring berjalannya waktu, kota ini telah berkembang menjadi kehidupan ekonomi, budaya, dan sejarah baik sebagai kotamadya maupun sebagai ibukota provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia.

Sejarah dan Pendiri Kota:
Kendari memiliki sejarah panjang yang dapat ditelusuri kembali ke tahun 1831, ketika seorang penemu, penulis, dan pembuat peta pertama tentang Kendari, yaitu Vosmaer (berkebangsaan Belanda), menorehkan jejak pertamanya. Kota ini resmi diakui sebagai kotamadya melalui UU RI No. 6 Tahun 1995 pada tanggal 27 September 1995.

  1. Luas Wilayah dan Topografi:
    Dengan luas wilayah sekitar 271,8 km², Kendari ibu kota sulawesi tenggara menampilkan keindahan topografi dataran berbukit yang dibelah oleh sungai-sungai yang mengalir ke Teluk Kendari. Keberadaan Teluk Kendari sendiri membawa kekayaan hasil laut yang memperkuat perekonomian kota ini.
  2. Letak Geografis yang Strategis:
    Terletak di jazirah tenggara Pulau Sulawesi, Kendari menjadi pusat strategi di wilayah tersebut. Geografisnya yang berada di antara 3º54’30” – 4º3’11” Lintang Selatan dan 122º23′ – 122º39′ Bujur Timur membuatnya menjadi bagian yang menarik dari perspektif lintang dan bujur.
  3. Wilayah Kota dan Batasannya:
    Kota Kendari secara geografis dibatasi oleh keindahan alam sekitarnya. Di sebelah utara, berbatasan dengan Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe; di sebelah timur, bersua dengan Laut Banda yang membentang luas; di sebelah selatan, terhampar antara Kecamatan Moramo dan Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan; Sementara di sebelah barat, bertemu dengan Kecamatan Ranomeeto dan Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe Selatan.
  4. Julukan Kota Lulo:
    Kendari ibu kota sulawesi tenggara juga dikenal dengan julukan “Kota Lulo,” sebuah gelar yang mewakili kekayaan dan keindahan alam serta kehidupan budaya yang berkembang di Kota Kendari.

Kota Kendari , dengan segala pesonanya, terus menjadi magnet bagi penduduk lokal dan wisatawan yang ingin merasakan keindahan alam Sulawesi Tenggara, menjadikannya sebagai ibu kota yang berarti bagi provinsi ini. Dengan sejarah yang kaya, lingkungan yang indah, dan kehidupan kota yang berkembang, Kendari patut dijadikan contoh salah satu destinasi menarik di Indonesia.

Rumah Adat Suku Di Sulawesi tenggara

Sebelum memasuki pembahasan lengkap tentang rumah adat di Sulawesi Tenggara, terlebih dahulu, penulis ingin menegaskan bahwa artikel ini disusun dengan niat tulus untuk memberikan informasi yang benar benar akurat dan tidak asal jadi. Jadi untuk menghindari kesalahan dalam memberikan gambaran yang benar tentang rumah adat sulawesi tenggara, penulis memilih untuk tidak menampilkan gambar atau foto hingga benar-benar ditemukan representasi yang dapat sepenuhnya mewakili keaslian rumah adat tersebut.

Keputusan ini diambil karena penulis melihat banyaknya informasi yang tersebar di internet umumnya tidak akurat, bahkan benar benar menggunakan gambar asal comot. Mirisnya lagi, hal ini disajikan oleh media besar dan nasional yang selalu tampil diposisi terbaik mesin pencari. jadi untuk menjaga integritas informasi yang disampaikan, penulis berkomitmen untuk menunggu hingga dapat menyajikan gambar atau foto yang memenuhi standar keakuratan. Adapun yang akan tertampil adalah gambar gambar rumah adat sulawesi tenggara yang sudah dapat dipastikan kebenarannya dengan mempelajari sumbernya.

Rumah Adat Banua Tada: Rumah Adat Khas Suku Buton Sulawesi Tenggara

    • Rumah adat Banua Tada merupakah bagian tak terpisahkan dari budaya dan adat istiadat suku Buton. kaya akan sejarah, rumah adat ini menjadi bukti eksistensi Islam di wilayah Buton, hal ini diwujudkan melalui ornamen ornamen yang khas dengan ukiran bahasa Arab.
    • Asal-usul dan Sejarah rumah adat suku buton:
      • Rumah adat Banua Tada memiliki akar sejarah yang kuat, dibangun pada masa pemerintahan Raja Buton pertama, Wa Kaa Kaa. Pembangunannya merupakan bentuk penghormatan warga adat terhadap raja mereka. Pada awalnya, rumah ini sederhana tanpa hiasan, namun setelah Murhum menjadi Sultan pertama di Kesultanan Buton, rumah ini mengalami transformasi yang signifikan.
    • Karakteristik Rumah Adat Banua Tada:

      • Rumah adat ini terbagi menjadi tiga jenis, masing-masing mencerminkan hierarki sosial dan fungsi:
        • Malige atau Kamali:
          Istana tempat tinggal raja dan keluarganya. Dengan delapan tiang samping, empat tingkat, dan lantai kayu bertingkat, rumah ini penuh simbol dan hiasan yang dipengaruhi oleh konsep tasawuf.
        • Tare Pata Pale:
          Rumah siku bertiang empat untuk para pejabat dan pegawai istana. Memiliki enam tiang samping, satu tingkat, dan lantai kayu.
        • Tare Talu Pale:
          Rumah untuk masyarakat biasa, dengan empat tiang samping, satu tingkat, dan lantai bambu.
    • Bahan Bangunan dan Arsitektur Unik:

      • Rumah adat Sulawesi Tenggara ini dibangun tanpa menggunakan paku, dengan susunan batu pipih tanpa perekat. Kayu berkualitas tinggi, seperti nangka, jati, dan bayam, menjadi bahan utama, dan kayu nangka digunakan khusus untuk rangka atap karena dianggap sakral. Atap rumah dibalut dengan daun rumbia atau nipah, sementara lantainya menggunakan bambu yang direndam air garam.
    • Pengaruh Perubahan Zaman:

      • Pada perkembangannya, terutama saat era penjajahan Portugis, rumah adat Banua Tada mengalami perubahan pada pondasi dan lantainya. Pengaruh tersebut terlihat pada penggunaan bata untuk pondasi dan papan kayu untuk lantai.

Dengan kekayaan sejarah dan keunikan budayanya, rumah adat Banua Tada menjadi representasi yang penting dalam memahami kearifan lokal dan nilai-nilai budaya suku Buton di Sulawesi Tenggara. Artikulasi visual dari rumah adat ini, meski belum ditampilkan, tetap menjaga integritas informasi untuk memastikan representasi yang akurat dan autentik.

Rumah Adat Laika Taba: Simbolisme dan Konsep Filosofis

Rumah Laika yang menjadi bagian integral dari budaya suku Tolaki di Sulawesi Tenggara, tidak hanya sekedar bangunan fisik, tetapi juga merupakan simbol filosofis yang kaya makna. Pemahaman tentang rumah Laika dapat digambarkan melalui perspektif horizontal dan vertikal, membuka jendela terhadap kearifan lokal dan nilai-nilai yang tercermin dalam arsitektur tradisional ini.

Horisontalitas dalam Rumah Laika:

1. Simetri dan Asimetri:

    • Simetri pada bagian depan rumah mencerminkan formalitas, sementara asimetri menunjukkan dinamika. Ini mewakili sifat dinamis dan formal masyarakat Tolaki.
    • Simetri berkaitan dengan kestabilan dan keseimbangan, sedangkan asimetri mencerminkan kehidupan yang bergerak dan berubah.

2. Analoginya dengan Tubuh Manusia:

    • Bagian depan rumah, sebagai fasad, diartikan sebagai dada dan perut manusia.
    • Bagian loteng atau bagian atas diinterpretasikan sebagai punggung manusia, dan penyangga dianggap sebagai tulang punggung.
    • Atap, dalam analogi ini, melambangkan rambut atau bulu, sedangkan bagian atap diartikan sebagai muka dan panggul manusia.

Vertikalitas dalam Rumah Laika:

1. Pembagian Ruang:

    • Bagian Bawah/Kolong: Mewakili dunia bawah (puriwuta). Berfungsi sebagai tempat menghindari banjir, tempat untuk binatang ternak, bersantai, dan menyimpan alat pertanian. Simbolisasi untuk menjaga rumah tetap dingin dan terhindar dari ancaman binatang buas.
    • Bagian Atas: Merupakan ruang aktifitas sehari-hari.
    • Bagian Tengah: Mewakili dunia tengah, sebagai perwujudan filosofis dari alam semesta.

2. Analoginya dengan Tubuh Manusia:

    • Kolong sebagai dada dan perut manusia, bagian atas sebagai punggung manusia, dan penyangga sebagai tulang punggung.
    • Filosofi ini menciptakan hubungan yang harmonis antara rumah Laika dan tubuh manusia, hubungan struktur fisik dengan konsep makrokosmos dan mikrokosmos.

Rumah Laika Tolaki, dengan segala simbolisme dan filosofi yang terkandung di dalamnya, bukan sekadar tempat tinggal. Ia menjadi pewaris nilai-nilai tradisional yang mencerminkan cara hidup, pandangan dunia, dan hubungan harmonis antara manusia dan alam semesta.

Rumah Adat Mekongga: Peninggalan Para Raja

Rumah Adat Mekongga, sebuah peninggalan bersejarah di Sulawesi Tenggara, tidak hanya menjadi tempat tinggal bagi Ketua Suku dan Raja, melainkan juga menawarkan keunikan arsitektur dan nilai-nilai budaya yang memukau. Dengan bentuknya yang mirip rumah panggung tanpa sekat, Rumah Adat Mekongga menjadi destinasi wisata yang memukau dengan keindahan alam dan sejarah yang terkandung di dalamnya.

Bentuk dan Tinggi Bangunan:

  • Rumah Adat Mekongga memiliki bentuk yang serupa dengan rumah panggung tanpa sekat, menciptakan ruang yang luas dan terbuka.
  • Tinggi bangunan mencapai 60-70 kaki di atas tanah, memberikan pemandangan yang megah dan menawan bagi para pengunjung.

Filosofis Anak Tangga Bermakna:

  • Anak tangga yang berjumlah 30 buah memiliki makna filosofis yang mendalam. Setiap anak tangga melambangkan helai bulu sayap burung Kongga (Gagak).
  • Jumlahnya yang banyak mencerminkan kemegahan dan kejuaraan, menciptakan atmosfer yang sarat dengan simbolisme.

Penggunaan dan Lokasi Rumah Adat:

  • Umumnya, Rumah Adat Mekongga digunakan khusus untuk acara adat, menambahkan nuansa sakral dan kebermaknaan pada struktur bangunan ini.
  • Lokasinya yang terletak di tengah-tengah hutan menunjukkan keaslian dan keasyikan alam yang membuat Rumah Adat Mekongga. Tempat ini hanya ditinggali oleh raja dan keluarganya, menciptakan aura eksklusivitas.

Pemugaran dan Ciri Khas Tetap Terjaga:

  • Meski telah mengalami pemugaran, Rumah Adat Mekongga tetap mempertahankan ciri khasnya sebagai rumah panggung dengan gaya yang unik.
  • Keseimbangan antara pemugaran dan pelestarian nilai-nilai budaya menjadikan Rumah Adat Mekongga tetap menarik, menawarkan pengalaman berwisata yang autentik.

Destinasi Wisata Bersejarah:

  • Rumah Adat Mekongga tidak hanya menjadi peninggalan bersejarah, tetapi juga bisa dijadikan destinasi wisata. Para pengunjung dapat menikmati keindahan alam sekitar sambil mendalami kekayaan sejarah dan budaya Sulawesi Tenggara.

Rumah Adat Mekongga menjadi saksi bisu perjalanan waktu, menyimpan kisah kejayaan dan kebijaksanaan para raja. Dengan menjadi destinasi wisata, Rumah Adat Mekongga membuka pintu bagi para wisatawan untuk menjelajahi keindahan alam dan memahami kearifan lokal yang diwujudkan dalam struktur megah dan filosofi yang terkandung di dalamnya.

Bharugano Wuna: Pusaka Budaya Muna yang Perlu Dilestarikan

Rumah adat Bharugano Wuna, mencerminkan kekayaan budaya suku Muna, menjadi salah satu permata berharga Indonesia. Dengan desain arsitektur yang unik dan filosofi mendalam, rumah adat ini menawarkan lebih dari sekedar bentuk fisik; ia membawa serta warisan nilai-nilai budaya yang perlu dilestarikan. Dalam konteks perkembangan zaman dan modernisasi, penting bagi kita semua untuk mengakui, menghargai, dan berkontribusi dalam melestarikan Bharugano Wuna sebagai bagian yang tak terpisahkan dari identitas bangsa.

Arsitektur yang Mencerminkan Kehidupan Tradisional:

  • Bahan-Bahan Alami: Rumah adat ini dibangun dengan memanfaatkan bahan-bahan alami seperti kayu dan batu, menciptakan keselarasan dengan lingkungan sekitar.
  • Atap Bergaya Perahu: Bentuk atap yang menjulang tinggi dan melengkung ke atas terinspirasi dari bentuk perahu tradisional. Selain memancarkan keindahan, atap ini memiliki fungsi praktis dalam mengalirkan air hujan.

Fungsi Filosofis Setiap Elemen Bangunan:

  • Panggung sebagai Pelindung: Rumah dibangun di atas panggung kayu sebagai bentuk perlindungan dari banjir dan binatang pembohong. Tangga yang menghubungkan panggung dengan tanah menjadi simbol keberadaan dan pintu masuk ke rumah adat.
  • Ruang dengan Makna Tersendiri: Setiap ruang di dalam Bharugano Wuna memiliki fungsi tertentu, seperti ruang keluarga, ruang tidur, dan lumbung jagung sebagai simbol kekayaan. Ini mencerminkan kebijaksanaan dalam pengelolaan ruang dan sumber daya.

Peran Sentral dalam Kehidupan Masyarakat Muna:

  • Tempat Kegiatan Budaya: Rumah adat ini menjadi tempat utama untuk berbagai kegiatan sosial dan budaya, termasuk upacara adat, pertemuan masyarakat, dan acara penting lainnya.
  • Simbol Keberlanjutan Budaya: Suku Muna menjaga dan merawat Bharugano Wuna sebagai simbol kelanjutan budaya dan warisan leluhur. Keberadaannya menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini.

Tantangan dalam Pelestarian:

  • Ancaman Modernisasi: Dalam menghadapi perkembangan zaman, rumah adat ini menghadapi tantangan dari perubahan pola pikir, gaya hidup, dan pengaruh luar yang dapat mengancam eksistensinya.
  • Peran Kita dalam Pelestarian: Penting bagi kita semua untuk berperan aktif dalam melestarikan Bharugano Wuna, memberikan penghargaan terhadap nilai-nilai luhur yang diwariskan.

Menjaga Warisan, Menghargai Identitas

Melalui keindahan dan keunikannya, Bharugano Wuna mengajarkan kita tentang keberagaman budaya yang membangun kekuatan bangsa.
Melestarikan rumah adat ini bukan sekedar menjaga warisan masa lalu, namun juga menghormati identitas suku Muna dan menyumbangkan kekayaan budaya Indonesia ke panggung dunia.
Dengan langkah-langkah pelestarian yang kokoh, kita dapat memastikan bahwa Bharugano Wuna terus bersinar sebagai bintang kebanggaan bangsa, menyinari generasi-generasi yang akan datang.

Pakaian Adat Sulawesi Tenggara: Menjaga Tradisi Dalam Elegansi

Sulawesi Tenggara, dengan keberagaman suku dan budaya, memiliki pakaian adat yang memukau dengan ciri khas masing-masing. Inilah beberapa pakaian adat yang melambangkan keindahan dan kebanggaan tradisi Sulawesi Tenggara:

  1. Pakaian Adat Tolaki Sulawesi Tenggara:

    • Babu Nggawi (Wanita): Terdiri dari atasan Lipa Hinoru dan bawahan roo mendaa. Rok panjang dengan motif khas suku Tolaki seperti pinetobo, pineburi mblaku, dan pinesewu.
    • Aksesoris Wanita: Perhiasan emas, kalung panjang, gelang, dan ikat pinggang. Rambut dihias dengan bunga wangi.
    • Babu Nggawi Langgai (Pria): Atasan baju kandiu dan celana panjang saluaro ala. Ikat pinggang Sulepe berwarna emas, penutup kepala pabele, dan sapu ndobo mungai.
    • Aksesoris Pria: Ikat pinggang Sulepe, penutup kepala pabele, sapu ndobo mungai, dan senjata tradisional Leko.
  2. Pakaian Adat Buton Sulawesi Tenggara:

    • Hanya terdiri dari sarung dan ikat kepala berwarna biru. Ciri khas suku Buton adalah rumbai-rumbai pada ikat pinggang yang disebut kabokena tanga.
    • Baju Kombowa (Wanita): Bia-bia itanu dengan motif kotak kecil-kecil. Perhiasan seperti cincin, gelang, dan anting berbahan emas.
  3. Pakaian Adat Muna Sulawesi Tenggara:

    • Pria: Bhatu (baju lengan pendek), bheta (sarung), sala (celana), dan songko (kopiah) atau kampurui. Ikat kepala berbahan kain dengan corak batik.
    • Aksesoris Pria: Ikat pinggang dari logam (Sulepe), sapu tangan (sapu ndobo mungai), dan senjata tradisional (Leko).
    • Wanita: Bhadu dan bheta dengan simpulan kagogo. Bahan satin berwarna biru atau merah. Aksesoris seperti gelang emas, gelang logam, dan kuta kutango.

Pakaian adat Sulawesi Tenggara tidak hanya sekedar busana, tetapi juga membawa makna mendalam dari filosofi, nilai budaya, dan tradisi. Meskipun saat ini sering dikenakan pada upacara adat, berlanjutnya penggunaan pakaian adat ini menandakan rasa cinta dan kebanggaan masyarakat Sulawesi terhadap warisan budayanya. Dengan mempertahankan tradisi ini, mereka memastikan bahwa keindahan dan keanggunan pakaian adat Sulawesi Tenggara terus bersinar di tengah modernitas zaman.

Makanan khas Sulawesi Tenggara

Makanan khas Sulawesi Tenggara tak hanya mengundang selera, namun juga menjadi cermin keberagaman budaya dan kekayaan alamnya. Dari yang manis hingga gurih, berikut beberapa sajian lezat yang tak boleh dilewatkan saat Anda Berkunjung Ke kendari Ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara:

  1. Karasi

    • Terbuat dari jagung muda atau tepung beras yang dicetak dengan batok kelapa, memberikan sentuhan manis yang pas.
  2. Ikan Sedekah :

    • Makanan segitiga yang gurih, terbuat dari campuran ikan, kelapa, dan telur yang digoreng.
  3. Luluta :

    • Sajian dari beras dan santan yang dipanggang dalam bambu, menciptakan cita rasa gurih dan wangi yang khas.
  4. Kasuami :

    • Nasi pengganti dari ubi kayu yang dijemur, memberikan variasi rasa gurih, asin, dan manis.
  5. Sate Gogos Pokea :

    • Tusukan daging kerang sungai khas Konawe, nikmat disantap manis dengan bumbu pedas atau bacem.
  6. Kabuto :

    • Singkong kering yang diproses dengan cara khas, dimakan dengan kelapa parut atau ikan asin.
  7. Kapusu :

    • Olahan jagung tua yang dimasak dengan santan, memberikan cita rasa gurih yang khas.
  8. Lapa-Lapa :

    • Kudapan beras dan santan yang dibungkus janur kelapa, nikmat dinikmati bersama sate pokea atau ikan asin.
  9. Jus Salak :

    • Minuman menyegarkan dari buah salak musiman, memberikan kombinasi manis, asam, dan sepet.
  10. Sinonggi :

    • Makanan pokok dari pati sagu dengan rasa hambar, cocok dinikmati dengan kuah sayur atau lauk pauk.
  11. Ikan Parende :

    • Olahan ikan berkuah dengan bumbu sederhana, memberikan cita rasa autentik Sulawesi Tenggara.
  12. Jus Patikala :

    • Minuman herbal dari buah patikala, dipercaya memiliki banyak manfaat kesehatan.
  13. Tombol :

    • Singkong yang diolah menjadi kaopi, diberi bumbu garam dan parutan kelapa, lalu dibakar dengan batu panas.
  14. Olahan Mete :

    • Kendari sebagai surga kacang mete, menawarkan beragam makanan nikmat seperti keripik, cokelat, hingga brownies.
  15. Manu Kinowu :

    • Semua kelezatan ayam kampung dengan rempah-rempah khas Sulawesi Tenggara, menciptakan rasa pedas yang menggugah selera.

Dengan keberagaman kuliner ini, Sulawesi Tenggara bukan hanya destinasi pariwisata yang memesona, tapi juga surganya para pecinta kuliner lokal yang autentik. Selamat menikmati kelezatan Sulawesi Tenggara!

Kesimpulan

Secara keseluruhan, Sulawesi Tenggara adalah destinasi yang menghadirkan keindahan alam yang luar biasa, sejarah yang kaya, rumah adat yang memikat, pakaian adat yang kaya akan keberagaman budaya, dan tentu saja, kuliner yang menggugah selera. Sebagai salah satu provinsi yang terletak di ujung timur Pulau Sulawesi, keberagaman dan kekayaan budaya Sulawesi Tenggara tercermin dalam segala aspek kehidupan masyarakatnya.

Jangan Lupa Untuk Ikuti Kami Di Google News

Berita terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button